Review Nilai Ketuhanan
Pada pertemuan kali ini dosen menyiarkan film India yang berjudul PK, lalu mahasiswa pun menyaksikan film tersebut sampai selesai. Setelah film selesai, dosen pun bertanya apa yang bisa anda ambil dari pelajaran film tadi, lalu poin apa yang di dapatkan setelah menonton film tersebut. Setelah itu ada 2 teman saya yang menjawab/memberi tanggapan atas pertanyaan beliau.
Setelah itu dosen memberikan beberapa pertanyaan mengenai agama, seperti halnya dosen bertanya agama mana yang anda pegang, lalu mahasiswa menjawab islam, lalu dosen bertanya lagi kenapa bukan yang lain, mahasiswa pun menjawab karena sudah dari lahir. Setelah dosen melontarkan beberapa pertanyaan, beliau menjelaskan mengenai agama bahwa, "Kita beragama itu karena kita di doktrin. Mengapa di doktrin, karena dari kecil diajarkan kepada kita itu tentang rasa takut, nah rasa takut itulah yang membuat kita beragama. Saya berharap anda melebihi itu sebenarnya. Tapi sebagian besar masih meyakini beragama itu karena rasa takut. Takut akan sesuatu yang dikatakan tuhan itu. Nah sekarang kita pikirkan begini, kalau anda tidak punya rasa takut tentang sesuatu yang kemudian akan terjadi di depan, apa yang anda lakukan."
Lalu beliau melanjutkan lagi bahwa, "Sekarang dalam hubungan pancasila itu yang diajarkan adalah sekarang agama mana yang kita percaya. Kita lahir karena beragama A orang tua bergama A sebagian besar seperti itu. Nah dengan belajar seperti ini salah satunya yg kita dapatkan adalah kita kan gatau agama mana yang benar. Karena setiap agama mengatakan agama dialah yang benar. Tidak ada mengatakan agama itu yg paling benar, agama kita paling salah tetap kita yakini ga mungkinkan. Bentrokan terjadi karena hal-hal seperti itu, karena adanya kecenderungan seperti itu. Maksudnya kecenderungan itu begini, misalnya islam di Indonesia. Islam di Indonesia itu akan melihat perkembangan kristen, budha, hindu sebagai suatu ancaman. Mengapa sebagai ancaman, kalau seandainya nanti ini besar, seimbang nanti maka akan terjadi perlawanan terhadap islam yang sudah berkembang. Begitu juga dengan hal yang lain. Rasa takut seperti itulah kita selalu curiga antar umat beragama, dan itu tidak bisa dibiarkan. Tetapi kalau tidak dihilangkan itu suatu penyakit yang akan meruntuhkan negara. Nah kita harus melihat ke film tadi sekarang agama mana yang benar. Islam akan mengatakan bahwa islam yang benar, karena kalau orang lain ya masuk neraka sudah, karena masuk nerakakan gak salah yaa karenakan dia suruh belajar, suruh belajar islam, ya kalau semasa hidupnya gak belajar ya masuk nerakalah dia. Oleh karena itu berdasarkan pemikiran-pemikiran seperti ini saya berharap kita akan lebih bijak dalam hubungan dengan yg lain. Kepicikan dalam menjalankan agama disebabkan karena ketidaktahuan."
"Jadi gambaran film tadi sangkut pautnya adalah kalo kita terlahir agama mana yang paling benar. Walupun kita dibuat ragu tentang adanya tuhan, dibuat ragu agama mana yang benar, tapi setidaknya film tersebut mengajarkan bahwa tuhan itu ada. Tuhan itu adalah tempat kita bersandarkan segala sesuatu, dari keluh kesah. Kalau gak ada tuhan kita gada harapan, kalau gada tuhan kita ga punya pegangan, kalau gada tuhan kita ga punya sesuatu yang sebagai pedoman, semuanya akan terlepas satu dengan yang lain. Itu fungsi tuhan. Intinya adalah kita perlukan tuhan, tapi setidaknya kita tidak bisa mengklaim bahwa agama yang paling benar itu adalah agama islam. Bagi seorang pemeluk agama pastilah dan diwajibkan kita mengatakan bahwa agama kita yang berbuat baik, tapi setidak-tidaknya kita jangan mencela dengan mengatakan bahwa agama yang lain adalah agama yang tidak baik. Lalu mengurangi hal-hal bahwa yang lain itu jelek yang kita anggap paling benar itu paling bersih, paling segala-galanya, sehingga kita dengan itu bisa menghindari konflik antar agama. Kita dikaruniai pikiran yang cerdas yang bisa menengahi permasalahan-permasalahan sepelik permasalahan perang antar agama." Itulah yang dijelaskan oleh beliau mengenai film tersebut yang kaitannya dengan pancasila.
Setelah itu ada salah satu teman saya yang bertanya pendapat beliau tentang konflik agama yang terjadi waktu itu, contohnya kasus pilkada kemarin tentang politik yang mencampur-campurkan agama. Lalu beliau menjawabnya, menurut beliau itu sesuatu hal yang seharusnya jangan dihambat, karena memang dimana-mana itu terjadi. Keberpihakan hakimlah yang membuat pilkada DKI Jakarta runyam seperti ini. Hakim yang seharusnya tugasnya menengahi permasalahan itu ikut bermain disana, sehingga ini menjadi besar. Hakim yang seharusnya menengahi, membuat adem, justru membuat runyam. Menurut saya perlu dikendalikan aturan-aturan yang baku untuk menengahi. Lalu beliau memberikan contoh tentang satu daerah yang sebagian ada non muslim yang mencalonkan, lalu ada muslim yang mencalonkan. Maka menurut beliau sentimen agama pasti akan bermain. Jadi menurut beliau, bagaimana mengunakan agama dalam konteks di Indonesia, biarkan saja seseorang menyampaikan apa ajaran-ajaran agamanya pada masing-masing ruang lingkupnya. Karena pada dasarnya masyarakat indonesia tidak bisa dipisahkan antara kehidupan agama dengan kehidupan sehari-hari. Sekali lagi permasalahan di indonesia bukan soal warga negaranya, beliau meyakini bukan soal warga negara. Tapi soal lain yang menggunakan agama untuk kepentingan masing-masing.
Beliau pun berharap, "ini adalah suatu cerita terbaik untuk kita menjaga kerukunan antar umat beragama. Rukun antar umat agama itu sangat luar biasa membuat sesuatu yang kecil jadi besar."
Komentar